Gunung Manggah, Cerita Mistis dibalik Kecelakaan.
Didapati pada 30 Januari 2020 lantas atau persisnya hari Kamis sore seputar jam 14.47 WITA, truk bermuatan pasir basah alami rem bong waktu akan turun dari Gunung Manggah. Tidak teratasi, truk itu menyalip apapun di depannya terhitung pengendara roda dua. Akhirnya, Desti Nur (14) masyarakat Jalan Tenggiri, Gang Budiman, Tri Prihatin Ningsih (43) masyarakat Jalan Manunggal, Cemerlang Eklesia Gabriel (12) masyarakat Jalan Manunggal, serta Awaluddin (40) tidak dapat diselamatkan serta harus meregang nyawa...
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifbpAavL2dk1-jaEPb2EgZSz7RHF4X7hkZQ5qg2BdaRwAMvuYKuV1VZRaf25i0aAQAaNmbfYnU8H1a7hsY8lmUiF-kTimODmSi3W5z9xDFunl3ge1IYTmfFez1qTZFMdvOhDDgNDqNIs5F/s640/kecelakaan-gunung-manggah.jpg)
Kecelakaan maut di Gunung Manggah telah kesekian kalinya berlangsung. Seorang masyarakat Samarinda namanya Jurmansyah dalam postingannya pada media social bercerita cerita sekitar Gunung Manggah. Dalam postingannya itu Jurmansyah menjelaskan jika Gunung Manggah tiap tahunnya tetap ada kecelakaan baik yang merenggung nyawa atau kecelakaan biasa.
“Sebenarnya pemicu kecelakaan dipacu oleh kendaraan yang tidak laik jalan atau unsur kelengahan manusia, tetapi cukup banyak juga yang mengkaitkan kecelakaan itu sebab masalah makhluk astral,” catat Jurmansyah,
Di masa 1990-an, yang disebut awal dari pengerjaan jalan ke arah arah Sambutan itu, seringkali berlangsung kecelakaan meskipun jalannya belum padat seperti sekarang hingga sebagai korban waktu itu cuma pengemudi kendaraan saja baik roda empat atau roda dua.
“Kalau diberi pertanyaan mengapa dapat terjerumus ke parit yg berada di samping kiri atau selain kanan jalan, terus-terusan supir menerangkan kalua mereka banting stir menghindarkan anak - anak yang melintas jalan dengan datang - datang, meskipun sebenarnya sebetulnya tidak ada anak - anak yang melintas jalan waktu itu. Tidak cuma malam hari dan juga berlangsung siang hari,” tutur Jurmansyah .
Waktu malam jam 10 malam di tahun 1990 telah taka da masyarakat yang berani lewat di Gunung Manggah sendirian. tidak hanya jalan yang sepi serta tidak ada lampu penerangan ditambahkan situasi yang buat bulu kuduk merinding.
“Pernah sehari sepupu saya pulang dari menyemir sepatu di lokasi Citra Niaga, waktu itu jam telah memberikan hampir jam 10 malam, sebetulnya dia takut untuk pulang melalui di tanjakan Gunung Manggah tetapi dia beranikan diri sebab waktu itu malam bulan purnama hingga jalan jadi cukup jelas sebab disinari sinar bulan, tidak seperti saat ini banyak kendaraan yang tetap lewat pada malam hari jdi masyarakat telah tidak merasakan angker . Sepupu saya melalui jalan itu serta telah tiba di Gunung Manggah dia lihat ada tiga orang berjalan sekalian bergandengan tangan, dua laki - laki remaja satu kurus satunya gemuk ditengah-tengah ada anak wanita, awalannya sepupu saya menduga itu ialah manusia biasa tetapi sesudah mereka melalui jalan yang terhambat bayangan pohon disinari sinar bulan, sepupu saya lihat mereka menjadi 3 ekor anjing yang satu kurus, yang satunya cukup gemuk serta yg satunya cukup kecil, hampir serupa dengan ciri - ciri tubuh tiga orang yg dilihatnya awalnya. Sepupu saya langsung lari ketakutan,” tuturnya
Yang alami hal - hal mistis di Gunung Manggah menurut dia tidak cuma sepupunya dan juga masyarakat lain seputar lokasi itu, seperti penampakan figur hantu wanita, tukang sate yang tau-tau lenyap, makhluk seperti monyet raksasa yang dapat merangkul semua pohon - pohon besar yang berada di selama bagian jalan, “Bbahkan ada salah satunya masyarakat gunung manggah yg lihat Dua orang menanggung keranda mayat berjalan naiki tebing jurang dekat penjual buah saat ini, yang dahulunya masih belumlah ada penjual buah disana. Yang tentu ada banyak momen mistis berlangsung di Gunung Manggah waktu itu,” kata Jurmansyah.
Bintara Pembina Desa (Babinsa) Sungai Dama, Kopral Kepala Asmiadi mengharap warga yang lewat di Gunung Manggah lebih waspada mengingat rawannya kecelakaan di tempat itu, tidak hanya padatnya kendaraan roda dua atau roda empat jumlahnya pedagang yang berjualan di pinggir jalan membuat kekuatan kemacetan panjang kelihatan hamper tiap hari serta membuat riskan berlangsung kecelakaan. “Memang telah waktunya ada jalan alternative di lokasi itu tidak hanya menghindarkan kepadatan kendaraan menghindarkan kcelakaan di lokasi itu,” kata Asmiadi.
Posting Komentar
Posting Komentar