dxWTmps04GApoC9lJuKxAPUsq4Yojyvl5n9xlx3s
Cerita Misteri, Saat Masa Lalu Menghantui Masa Depan

Cerita Misteri, Saat Masa Lalu Menghantui Masa Depan




Cerita ini diawali semenjak kami geser ke rumah baru pada tahun 2000. Ya, rumah ini setahu saya dibuat dari tanah kosong, karena itu kami lah orang pertama yang menempati rumah ini. Awalnya fakta kami geser sebab orangtua memerlukan rumah yang semakin besar serta tidak kontrak, bukan lantaran fakta horror apa saja.

Pertama-tama saya lihat kompleks perumahan ini, saya merasakan benar-benar asri serta nyaman, ada di tepian kota, dengan udara yang bersih, dikelilingi pohon-pohon serta ada danau di ruang perumahan, ya danau asli, bukan danau bikinan

Pada tahun 2000, sebetulnya rumah kami belum betul-betul usai dibuat, tetapi sebab kontrak pada rumah yang lama telah habis, kami putuskan untuk geser ke rumah baru ini. Waktu itu usia saya masih 7 tahun.

Awal kami geser, lantai dua masih juga dalam step konstruksi, seputar 90%, karena itu kami tinggal di lantai bawah dengan satu kamar, ruangan tamu, ruangan keluarga, taman belakang, dua ruangan makan, serta dua dapur.

Awalannya saya bingung mengapa ibu saya yang membuat rumah ini, membuat dua dapur, walau sebenarnya dapur yang satu cukup sudah besar. Saat itu dapur yang lebih kecil di belakang, belum dapat dibuka sebab masih terhalangi beberapa bekisting untuk menyokong susunan bangunan.

Malam pertama kami tinggal di dalam rumah itu, semua sangat terasa normal serta bahagia. Aroma cat yang belum kering, tangga yang masih dilapis semen, debu yang menyesakkan, ruang-ruang yang dipenuhi beberapa barang, serta pencahayaan seadanya. Waktu itu, sisi belakang rumah kami masih rawa-rawa dengan beberapa pohon-pohon.

Keanehan baru mulai berasa pada sore hari ke-2, saya masih ingat, saat itu seputar jam 5 sore, saya baru usai sepedaan bersama dengan abang saya, saya pulang ke rumah serta ibu saya memerintah saya untuk menempatkan sepeda di dapur belakang supaya aman. Saat saya sedang menempatkan sepeda, saya dengar bunyi “duk-duk” di bagian dapur yang belum dapat dibuka. Saat itu saya berpikir kemungkinan itu buruh tukang di tanah samping. Tetapi sebab ingin tahu, saya coba memeriksa ada siapa di tanah kosong samping rumah kami, serta tidak ada siapapun juga, serta disana saya tahu jika nyatanya ada tangga yang melekat ke rumah kami, tetapi tangga itu tidak terhitung pada kavling rumah ini.

Saat makan malam, saya menanyakan pada ibu, mengapa ada tangga yang melekat di luar bangunan kami. Ibu saya menjawab jika tangga itu terdiri dua, 1/2 pada kavling samping, selanjutnya 1/2 ada pada rumah kami. Nyatanya tangga itu telah ada sebelum rumah kami dibuat. Saat itu saya merasakan sangkaan saya salah, bila awalnya telah ada tangga disana, bermakna awalnya telah ada rumah di sini.

Selanjutnya saya bertanya, mengapa tangga itu tidak dihancurkan saja? Ibu saya menjelaskan jika buruh-buruh bangunan merekomendasikan seharusnya tangga itu digunakan saja. Ibu saya sempat menampik, tetapi entahlah mengapa beberapa buruh bangunan masih bersikukuh jika tangga itu seharusnya dipertahankan supaya percepat proses pembuatan konstruksi, serta fakta lain-lainnya, maka ibu saya pada akhirnya putuskan untuk bikin dapur kotor kecil dibagian bawah tangga itu. Tapi, cerita tangga itu tinggalkan misteri di pikiran saya. Bila ada tangga disana awalnya, pastinya dahulunya ada bangunan di sini, apa itu rumah? Saya tidak paham. Mengapa beberapa buruh itu bersikeras untuk menjaga tangga itu? Apa mereka mengetahui siapa yang dahulu tempati tempat ini? Saya terus bertanya-tanya dalam pikiran saya.

Ditambah lagi, suara yang saya dengar awalnya benar-benar aneh.

Mulai sejak itu, saya mulai merasakan kedatangan..

Masalah

Telah berapa hari kami tinggal di dalam rumah ini, dikit demi sedikit, beberapa barang telah mulai dirapikan, lampu telah dipasang, serta lantai dua bisa dihuni sebab plafon telah dipasang. Sepanjang itu juga saya terus ingin tahu dengan suara yang pernah saya dengar dari arah dapur kotor.


Malam itu, saya lihat ada burung gagak. Ya, burung gagak! Sedang bertenggar di halaman belakang rumah kami. Benar-benar classic kan? Ya, tetapi berikut yang betul-betul berlangsung. Burung itu tidak ingin diusir, serta ayah saya sampai melempar majalah supaya burung itu ingin pergi, sebab ayah saya merasakan terganggu dengan kehadiran burung itu di dalam rumah kami.

Waktu itu kami menyadari kedatangan burung itu, sebab dahulunya lokasi ini adalah rimba serta rawa-rawa.

Malam harinya, masih pada hari yang sama, sesudah mengakhiri makan malam, saya temani ibu saya untuk ambil peralatan alat baca-tulisnya yang terdapat di kamar atas, sedang ayah saya pergi keluar untuk beli rokok, dengan abang saya. Waktu kami naiki tangga, mendadak saja lampu seisi rumah padam (saat itu masih ada permasalahan pada kelistrikan rumah, hingga saklar listrik penting seringkali mati). Kami juga kembali untuk ambil senter serta meneruskan perjalanan ke atas.
(Jujur sekarang saya merinding hebat waktu menulis ini, hahaha)

Waktu kami buka pintu kamar, saya dengar, dengan benar-benar jelas, ada suara langkah kaki cepat yang mendekati kami, ya, suaranya datang dari belakang kami, tidak dari kamar itu. Waktu itu saya percaya ibu saya dengar serta saya dapat lihat raut ketakutan pada mukanya. Waktu itu ibu saya coba tenang, supaya saya tidak cemas.

Sesudah ambil beberapa barang dengan terburu-buru, masih juga dalam situasi gelap sebab mati lampu, kami keluar kamar serta ibu saya coba tutup pintu.

Serta, saya waktu itu langsung arahkan senter mengarah ibu saya serta saya bingung mengapa ibu saya terdiam dalam urutan sedang tutup pintu, tetapi pintu belum tertutup. Saya merasakan ketakutan yang mengagumkan sebab tidak pernah saya lihat ekspresi takut semacam itu pada mukanya. Saya lihat seolah-olah ia sedang berupaya tutup pintu, tetapi pintu itu kembali tergerak ke, seolah-olah ada yang meredam pintu itu.

Selanjutnya, ibu saya menjelaskan, saya masih ingat dengan jelas; “Sudahlah, saat ini ijinkan kami untuk tempati rumah kami, maaf jika kami mengganggu, tetapi kami ini rumah kami saat ini..” Serta, selanjutnya baru pintu itu dapat tertutup dengan lancar. Waktu itu ibu saya menghela napas benar-benar dalam serta kembali ajak saya turun untuk kembali menyalakan saklar listrik di muka.
Saat kami menanti pulangnya ayah serta abang, situasi demikian aneh, ibu saya cuma diam, serta alat baca serta catat yang diambilnya tidak dipakai benar-benar. Kami cuma duduk terdiam.

Demikian ayah pulang, saya langsung bercerita apa yang berlangsung, ayah saya sempat berpikir terdapatnya orang lain yang menyelusup di dalam rumah kami. Tetapi, sesudah semua dilihat, semua pintu betul-betul terkunci, serta betul-betul tidak ada sela untuk orang masuk ke rumah. Tetapi ayah saya masih berupaya tenang serta menentramkan saya, sebab jujur, saat itu saya benar-benar takut.

Selanjutnya, hari untuk hari kami lalui tinggal di dalam rumah itu, yang pada akhirnya usai dibuat sebulan selanjutnya, dengan beberapa masalah seperti suara langkah kaki serta suara burung gagak, tidak ada penampakan aneh berbentuk apa saja. Tetapi ada satu benda aneh yang tetap memperoleh perhatian saya, benda ini.
Baca Juga
SHARE

Related Posts

Subscribe to get free updates

Posting Komentar