dxWTmps04GApoC9lJuKxAPUsq4Yojyvl5n9xlx3s
Gunung Arjuno; Mitos Pasar Setan serta Alas Lali Jiwo

Gunung Arjuno; Mitos Pasar Setan serta Alas Lali Jiwo


Lembah Kijang, tempat istirahat pendaki, sisi dari alas Lali Jiwo. Tempatnya ditengah-tengah bawah di antara Arjuno-Welirang. Tidak hanya bersebaran bangunan suci, banyak mitos melingkari Gunung Arjuno. Diantaranya, kehadiran pasar setan serta alas Lali Jiwo. 

Satu momen di luar logika pernah berlangsung di Gunung Arjuno. Saat itu, seputar lima tahun yang lalu, seorang pendaki asal Surabaya diberitakan hilang saat lakukan pendakian ke pucuk. Berdasarkan laporan rekan survivor yang datang terlebih dulu di pintu masuk, petugas lalu bergerak untuk cari korban. 

Dua hari usaha penelusuran yang dikerjakan tidak membawa hasil. 

Sampai hari ke-3, petugas merasakan, survivor tengah tidur lelap di seputar kawah pucuk Welirang. Oleh team Search and Rescue (SAR), survivor yang masih duduk di kursi SLTA saat itu selanjutnya dibawa turun. 

Pada beberapa wartawan yang menunggunya dibawah saat itu, survivor tidak tahu bagaimana dia dapat tertidur di lubang kawah saat itu. Dia cuma ingat, waktu itu dia berpisah dengan rombongan temannya sebab buang air kecil. Hingga kemudian, dia tidak ingat apa yang berlangsung, sebelum diketemukan petugas. 

Ada di pucuk, tanpa ada makan atau minum, ditengah-tengah hempasan panas serta hujan deras tiga hari ialah kejadian yang tidak biasa. Karenanya, banyak yang selanjutnya mengkaitkan apa yang dirasakan survivor dengan bermacam mistik yang menyelimutinya pegunungan Arjuno-Welirang. 

“Didelikno (disembunyikan, Red) sama penunggune,” canda Masud, salah satunya anggota team rescue saat itu. 

Masud yang banyak lakukan pendakian di beberapa gunung di Indonesia itu juga yakini, ‘sosok’ penunggu di lokasi gunung Arjuno-Welirang itu benar terdapatnya. 

Kehadiran penunggu itu juga yang melahirkan banyak mitos serta diakui sampai sekarang. 

Diantaranya, tentang kehadiran Pasar Setan dan alas Lali Jiwo. Dalam bahasa Indonesia, lali jiwo dapat disimpulkan jadi lupa diri atau jiwa yang hilang. 

Beberapa literatur tempatkan alas Lali Jiwo ini untuk mengacu lokasi rimba lebat di atas daerah Perhutani. Dalam kata lain, masuk lokasi rimba lindung di Taman Rimba Raya (Tahura) R Soerjo. 

Sampai sekarang, panggilan Lali Jiwo masih digunakan untuk menyebutkan daerah hutan itu. 

Konon, menurut narasi, pemakaian nama itu tidak terlepas dari lebatnya rimba itu sampai seringkali membuat pendaki bingung temukan jalan pendakian. Tidaklah heran, di alas berikut umumnya beberapa pendaki banyak tersesat. Intinya mereka yang belum memiliki pengalaman. 

Lantas, bagaimana dengan mitos Pasar Setan? 

Buat yang yakin, pasar gaib ini dipercaya berada di tengah alas Lali Jiwo itu. Oleh mereka, beberapa suara bising yang sering hadir serta pergi itu jadi penandanya. 

“Kalau yang yakin, ya itu dihubung-hubungkan dengan kehadiran pasar gaib itu. Jika saya, beberapa suara itu akibatnya karena pohon-pohon yang tertiup angin. Sebab jika di atas kan anginnya cukup kencang,” tutur Masud. 

Walau dipandang seperti mitos, cukup banyak yang mempercayainya. Dari kepercayaan-kepercayaan itu juga yang selanjutnya melahirkan ketentuan berbentuk pantangan yang perlu dijauhi oleh pendaki. 

Tidak hanya larangan melakukan perbuatan yang dapat jadikan menyebabkan pada kerusakan alam, salah satunya pantangan yang cukup nyeleneh ialah larangan untuk bersiul. Bila saja itu dikerjakan, dipercaya akan datangkan badai. 

Karenanya, cukup beralasan bila beberapa penambang belerang seringkali geram besar bila merasakan pendaki yang bersiul. Bisa-bisa, mereka disuruh kembali turun bila nekat mengerjakannya. 

“Kan diingatkan dahulu. Jika masih berisul ya umumnya suruh turun,” kata Khoiron, penambang ditempat.
Baca Juga
SHARE

Related Posts

Subscribe to get free updates

Posting Komentar