Cerita Nyata, 3 Tahun Diteror Oleh Kuntilanak Penghuni Kost!
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5RWBPvkr0KvQsDD3u4mFawAwfrx4bdmcNjUxgzLaraiuuZZJ1s2yOzdtJFw1nnLL-qw46Fo0Aoq_pDiuQPF5VJf3wRAU5s5yhMP7AcLe0-ZyNjtZ0S9WBUngSWpL2Nd8WmqIoPEOpTi3g/s640/kunti.jpg)
Hay, namaku Ari serta ini ialah ceritaku yang berawal waktu saya masih duduk di kursi SMK. Saat itu sedang ada pekerjaan PKL (Praktik Kerja Lapangan) di salah satunya kota kecil. Sebab jarak di antara rumah serta tempat PKL benar-benar jauh, mengharuskanku untuk ngekost.
Saya cari tempat kost bersama dengan kawanku yang namanya Andi, lama cari, pada akhirnya berjumpa dengan Pak Beny si pemilik kost yang harga berteman. Tanpa ada fikir panjang, langsung kubayar kost full sepanjang 3 bulan, sebab waktu PKL memang sepanjang itu.
Malam pertama di kamar kost rasa-rasanya dingin ayem, Andi yang tidur di sebelahku juga kelihatannya demikian. Pada hari ke-2, Andi putuskan untuk pulang ke rumah untuk ambil barang yang ketinggalan. Saya ditinggal di kost sendirian. Entahlah mengapa, situasi malam itu cukup tidak sama dari sebelummnya.
Untuk mencairkan situasi, saya menyalakan laptop sekalian main game. Sesaat selanjutnya, terdengar suara orang membersihkan di kamar mandi, walau sebenarnya saya tahu benar jika yang tinggal di sini cuma saya serta temanku. Awalannya terdengar samar-samar, tetapi justru makin keras seperti bunyi orang mandi seolah menantangku untuk memandangnya.
Hal tersebut membutku 'penasaran' sekaligus juga membulatkan tekad untuk memandangnya. Langkah kakiku tertuju ke kamar mandi serta suara itu terdengar makin menjadi-jadi. Jam dinding memberikan jam 23:15 malam.
"Hey, siapa yang mandi malem-malem ini?" Tanyaku pada seorang di. Tidak ada jawaban. Ku ketuk pintunya seringkali serta hasilnya sama. Waktu suara itu berangsur hilang, dengan tekat serta rasa ingin tahu, saya membulatkan tekad buka pintu. Tidak digembok, serta apa yang saya lihat waktu itu, tidak kulupakan selama-lamanya.
Di sudut kamar mandi, sesosok wanita memiliki rambut panjang, berpakaian putih kusut yang kotor berdiri memunggungiku. Ia membalikan badannya, kulihat dengan jelas mukanya yang hampir tidak berupa, bola matanya hitam, dengan perut bolong dan isi prutunya yang menjuntai kemana saja.
Seperti ditatap medusa, detik itu tubuhku membatu. Ingin sekali berteriak sekencang kemungkinan tetapi tidak dapat, ingin secepatnya lari tetapi kakiku mematung. Apa kau dapat memikirkannya? Itu ialah kali pertamanya saya lihat hantu yang sebenarnya.
Figur wanita itu seolah nikmati ketidak berdayaanku. Telah senang, figur itu perlahan-lahan menghilang serta tubuhku pada akhirnya dapat kugerakan kembali. Tanpa ada sadar air mata telah mengalir demikian saja. Susah? Tidak, lebih persisnya 'ketakutan' yang tidak tertahan.
Secepatnya saya kembali pada kamar serta tidur tanpa ada pejamkan mata (tidak dapat tidur gan!).
Keesokkan harinya ku terjaga dengan badan pegal-pegal, kemungkinan sebab dampak gaib, pikirku. Andi juga hadir sekalian bawa cemilan dari tempat tinggalnya. Untung saja ini hari llibur PKL. Saya tidak menceritakan ke Andi mengenai apa yang kualami tadi malam. Ya, agar ia tidak ketakutan lantas geser kost, meninggalkanku sendirian di sini.
Mendekati malam, saya telah tidur lebih dulu, lebih persisnya ketiduran. Jam 11 malam saya terjaga dengan mata sembab. Kulihat Andi tidak berada di sebelahku, tidak ingin insiden menakutkan itu terulang kembali, saya menelfonnya.
"Halo Ndi, lu dimana? Mengapa tidak tidur di kost?" Tanyaku.
"Duh, sory Ri, barusan pacar gue telfon. Tuturnya bannya bocor jadi gue pergi jemput. Ingin bangunin elu gaenak, pules sekali lu tidurnya" Jawab si Andi.
"Yaudah deh, gue nantikan ya. Cepet balik, bawain makanan, gue laper!" Alasanku sekenanya agar ia cepet pulang.
Perasaanku tidak enak sekali deh, serta benar saja. Suara aneh kembali terdengar dari arah kamar mandi. Tidak ingin mengulang kekeliruan yang sama, saya berlaku cuek dengan dengar musik sekalian main game. Suara itu berangsur hilang bertepatan dengan suara motor yang mengisyaratkan Andi pulang bawa makanan.
Mengerti keanehan wajahku yang terlihat pucat, Andi menanyakan "Muka lu mengapa ri?"
"Dampak laper!" Jawabku asal.
Malam itu kita berdua tidur tanpa ada insiden aneh. Apa cuma sampai disana intimidasi yang menerpa kami? Tidak! Insiden yang lebih mengerikan berlangsung di malam-malam setelah itu.
Bersambung....
Posting Komentar
Posting Komentar