Fakta Misteri Penerbangan 447,Kisah Misteri Paling baru!
Jika sempat melihat film layar-lebar Night at Museum 2: Battle of the Smithsonian, kita tentu bertemu dengan tokoh namanya Amelia Earhart. Aktris Amy Adams memainkan dengan bagus figur wanita jago terbang itu mengikuti Ben Stiller jadi tokoh culun Larry Daley. Amelia cantik, pemberani, serta pintar!
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQEikeuarYepa9z2gTWY4qflpfYLt358WAl3ygePbeK4v0WQz3K4aT7ZqhmWOa1Um2b_-YRYdLY8qBVd38uyp-qG_R6p_Fsotlp6zB_8rn3-j40fABNUxKqLsf2aDWc42zK0g5c1h3LJAZ/s640/misteri-penerbanagna-447.jpg)
Hanya, beberapa dari kita kemungkinan tidak tahu benar bagaimana ajal menjemput wanita kelahiran 24 Juli 1897, sesaat dunia justru mencatatkan nama cewek asal Atchison, Kansas, Amerika Serikat, itu jadi yang pertama terbang solo melewati Samudera Atlantik.
Tragis sekaligus juga ironis, putri pasangan Samuel "Edwin" Stanton Earhart (1868-1930) serta Amelia Otis Earhart (1869-1962) malah raib bak ditelan bentangan air laut Samudra Pasifik di dekat Pulau Howland dalam usaha untuk lakukan penerbangan keliling dunia. Catatan sah insiden itu ialah 2 Juli 1937. Istri George P Putnam itu juga dipastikan meninggal pada 5 Januari 1939 selesai penelusuran panjang tanpa ada hasil.
Long Island, musim panas 1996. Buku Flight TWA 800 menceritakan si reporter takut terbang, Jack O' Hara. Daripada naik burung besi, waktu harus meliput pacuan kuda di Maryland, Mei 1995, O' Hara yang lama menekuni di rubrik olahraga ini pilih menyetir mobil, tempuh jarak 275 km. dari New York.
Permasalahannya ialah, wartawan stasiun tv ABC ini harus ke arah Paris. Soalnya, Tur de France tengah diadakan di ibu kota Perancis itu. Dari Negeri Abang Sam (AS), tanpa alternatif lain, O' Hara harus bertanding dalam hati, buang ketakutannya naik pesawat terbang.
Jadilah, ditemani istri serta anaknya, O' Hara pada akhirnya ada pada daftar nama penumpang pesawat bernomor penerbangan TWA 800 rute New York- Paris, Rabu 17 Juli 1996. Berikut penerbangan paling akhir buat O'Hara.
Waktu memperlihatkan jam 08.45 malam. Pesawat Boeing 747-100 yang mengangkat 230 penumpang terhitung awaknya itu meledak pada ketinggian 4.175 mtr.. Tempatnya persis di atas Samudera Atlantik, 12 mil terlepas pantai Long Island tinggalkan Bandar Udara Kennedy, New York.
Sedianya, pesawat sial itu akan tempuh 7 jam 15 menit ke Bandar Udara Charles de Gaulle, Paris. Tetapi, nasib mengantarkan semua nyawa penumpang sampai ajal, mengejar sukma Amelia Earhart, persis 59 tahun lebih 15 hari, beda waktunya!
Tidak perlu waktu lama untuk biarkan beberapa pertaruhan, terhitung analisa, pemicu insiden banyak muncul. Dari mulai terorisme sampai misil lawan Abang Sam. Tetapi, serta sampai sekarang, jawaban atas asal-usul berlangsungnya momen itu tinggallah teka-teki kekal.
Masih misteri
Sekarang, paling gres tentu saja ialah hilangnya Airbus A330-200 Air France pada Senin (1/6) dalam penerbangan dari Rio de Janeiro ke Paris. Pesawat berpenumpang 228 terhitung awaknya itu hilang di atas Kepulauan Fernando de Noronha, daerah Brasilia, di atas Samudra Atlantik.
Harian Kompas, Rabu (3/6) menulis, memang tidak ada panggilan genting (mayday call) yang diantar oleh pesawat bernomor penerbangan AF 447 ini terkecuali pesan automatis yang diantar pada jam 11.14 malam atau hampir empat jam sesudah tinggal landas. Ketinggian pesawat waktu itu 10.600 mtr. (35.000 kaki) serta kecepatan 840 km /jam (520 mph).
Pesan itu memberikan laporan terdapatnya masalah tehnis jika skema listriknya tidak kerja. Signal itu dikirim bukan jadi signal genting, tapi jadi laporan automatis buat skema perawatan Air France. Tidak terdapatnya signal genting menimbulkan sangkaan jika pesawat alami masalah tiba-tiba.
Karuan, sama dengan cerita TWA, dua karib—spekulasi serta analisis—berseliweran di mass media, dari mulai prediksi pesawat itu terbang begitu perlahan, sampai sambaran petir di trek jalan perjalanan pesawat yang diklaim paling aman itu. Keduanya juga jadi materi omong-omongan paling hot di beberapa penjuru dunia semenjak di meja makan, bisa jadi, di ranjang.
Sesaat penelusuran oleh faksi berkuasa belum selesai, profesor Clint V Oster Jr dari Kampus Indiana di Bloomington, Indiana, telah mewanti-wanti akan sukarnya cari pemicu tentu momen menyedihkan itu.
Soalnya, tetap ada unsur sama-sama berkait yang tidak dapat dibiarkan demikian saja. Menurut irit ahli bagian Kemasyarakatan serta Lingkungan itu, pemicu kecelakaan pesawat terbang harus dilihat dari mulai soal-soal permesinan yang semakin hebat sampai rupa-rupa alasan. Acap, beberapa hal nonteknis jenis politik juga ikutan terselip. "Pada dasarnya, tidak ada pemicu tunggal," tegasnya.
Kenyataannya, berbumbu fakta rekayasa sosial, teori sekaligus juga konspirasi, hilangnya Amelia Earhart dengan pesawat bermesin kembar Lockheed Electra ialah legenda. Belum juga, sepotong cerita tanpa ada akhir pada kecelakaan kapal terbang Flight 19 di atas Bermuda pada 1945.
Lantas, beruntun, kecelakaan Boeing 747 bernomor penerbangan 295 punya South African Airways rute Johannesburg ke Taiwan pada 1987 di Samudra Hindia, belumlah ada keterangan sebab-musababnya. Yang muncul ke permukaan malah laporan beberapa detik akhir masalah pilot yang merokok di kabin pesawat malang itu.
Misteri juga masih setia menari-nari di pikiran pada saat kecelakaan pesawat US Air 427 di Aliquippa, Pennsylvania, yang tewaskan 132 penumpangnya berlangsung pada 1994.
Lantas, jawaban juga tidak segera datang ketika Boeing 777 British Airways, pada Januari 2008, sedikit terjerembap di dasar picu Bandar Udara Heathrow London yang melukai 19 dari 152 penumpangnya. Kok dapat ya pesawat kehilangan daya?
Dari pertama, harusnya kita mafhum, bila penelusuran juga pada akhirnya tidak berbuntut, penerbangan AF 447 juga akan jadi narasi misteri penerbangan paling baru penambah panjang jejeran tragedi tidak terjawabkan kecelakaan pesawat terbang. Tetapi, mudah-mudahan ini jadi yang paling akhir.
Posting Komentar
Posting Komentar